CONSISTENCY - SEBUAH REFLEKSI PENGINGAT

 

CONSISTENCY – SEBUAH REFLEKSI PENGINGAT

By Rizky Rianto

 

“Eh! Kayaknya kalo kita buat ini, gede peluangnya. Ladang cuan! Lagi trend nih, bikin yuk!”

Gercep, dua minggu kemudian. Ketemu orang yang sama.

“Woy Kemana aja lo, project udah jalan dua minggu malah ngilang lo.”

“Gue lagi banyak kerjaan bro. Kelar satu dateng lagi yang baru. Numpuk. Sorry gak bisa bantu banyak. Ribet dah belakangan ini.”

Oke topik hari ini adalah consistency. So Sebelum mulai, ada pertanyaan yang mungkin mau aku tanyain ke kamu. Dari ilustrasi diatas apa kamu pernah dalam kondisi seperti itu? Setuju gak sih kamu kalo sekarang itu consistency udah mulai ditinggalkan. Banyak orang yang mulai berpikir untuk hasil yang instan tanpa konsisten. Bener?

Well, let’s get started!

Apa itu consistency?

Menurut laman resmi KBBI, konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), selaras, dan sesuai. Kata ini berasal dari bahasa Inggris, consistent, yang berarti kokoh atau berdiri tegak.

Nah dari sini sebenarnya kita bisa tarik kesimpulan bahwa konsisten ada kegiatan yang kontinuitas, harmoni, keteraturan dan selaras.

Menurut Reza M. Syarif, konsisten adalah sikap fokus terhadap bidang tertentu dan tidak akan pindah ke bidang lain sebelum dasar di bidang pertama benar-benar kokoh.

Menurut Cambridge Dictionary, konsisten adalah sesuatu yang tidak berubah, selalu berbuat atau terjadi dengan cara yang serupa, terutama dalam hal positif.

Masalah consistensy

Terlalu mudah untuk memulai dan terlalu sedikit orang yang mau menyelesaikannya. Dan itu titik permasalahan dari consistency itu sendiri. Orang mau hasil yang instan tanpa usaha ekstra. Itu penyakit! Padahal kita tahu sebuah tujuan tidak akan sampai tanpa adanya serangkaian proses. Memulai itu mudah bro. Tapi yang sering dilupakan itu “consistency”.

Ada satu kutipan dari Anthony Robbins yang menarik

“Agar perubahan benar-benar bernilai, perubahan itu harus bertahan lama dan konsisten.” — Anthony Robbins.

“bertahan lama dan konsisten.” Kita tau caranya memulai tapi lupa caranya konsisten. Consistency sekarang udah mulai terlupakan bahkan dilupakan karena banyaknya orang yang cepat memulai dan berhenti ditengah jalan. Aku bukan orang yang seratus persen konsisten. Nyatanya aku juga pernah ada ditahap dimana hal yang instan lebih menarik ketimbang bertahan pada konsisten yang cenderung lebih monoton dan membosankan.

Sebuah refleksi pengingat

Satu hal yang aku sadari bahwa ketika kita tidak konsisten dan mengharapkan hal instan. Menurutku itu termasuk dari serangkaian proses untuk kita memahami sesuatu. Dan seringnya dihadapkan dengan penyesalan. Penyesalan adalah buah pemahaman yang kita dapat. Ketika menyesal kita jadi tau sesuatu yang berharga memang perlu untuk diperjuangkan. Meski dengan cara yang melelahkan.

Supaya gak terlalu sering malu dengan diri sendiri, supaya gak kecewa, galau, buang waktu dan gagal lagi. Mari mulai refleksi diri dan perlahan mulai memahami diri sendiri. Perlu adanya cambuk untuk kita terus ingat apa yang menjadi tujuan kita. Mencari alasan kenapa kita tidak boleh berhenti sebelum selesai.

Sebagian besar dalam hidup butuh proses. Benerkan? Temukan cara kamu untuk “cambuk” dirimu sendiri. Konsisten buatku adalah salah satu skill yang paling overlooked. Itu yang saya yakini sekarang setelah dari penyesalan tentunya. Kalau kita bisa konsisten, aku yakin kita akan punya harta karun yang banyak orang ga punya.

Dan tugas kita sekarang adalah bagaimana agar kita bisa konsisten kedepannya. Entah itu konsisten dalam hal pekerjaan, bisnis, pendidikan dan lainnya. Karena pada dasarnya kita yang punya kendali untuk setiap keputusan kita, hanya saja sering terpengaruh. Pertanyaannya sudahkah kamu konsisten?

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANFAS 2024 : A Colorful West Borneo : "Ethnic Culture and Creativity Charity Night"

YUK INTIP APA SIH LINKEDIN ITU? APA SAJA MANFAATNYA BAGI KAMU KAUM MAHASISWA DAN TIPS BAGI KAMU AGAR LINKEDIN KAMU TERLIHAT MENARIK SAAT DILIHAT ORANG !!

5 Website Penyedia Jurnal Untuk Tugas Akhir atau Skripsi